Jumat, 15 April 2016

Ketika Jarak Meisahkan Bukan Berarti Hati Juga Terpisah

ketika jarak memisahkan bukan berarti hati juga terpisah, ketika jarak memisahkan cuma berhubungan lewat do'a atau jarang komunikasi Memutuskan untuk tetap berpasangan saat mata tak saling melihat adalah hal yang luar biasa. Meski untuk itu seseorang harus siap Lelah Diterpa RinduMeski untuk menjalaninya seseorang perlu sekuat tenaga meredam cemburu. Cemburu pada keramaian, saat melihat sepasang manusia lainnya saling menggenggam tangan, ia hanya menggenggam angin. Saat hujan sepasang manusia berpayung berduaan, aku berpayung dengan siapa ?. Saat Sabtu malam tiba, semua orang keluar merenda kasih, aku hanya jadi penunggu rumah kos, menatap layar laptop sambil memegang tisu. Ketika di dalam cafe semua meja penuh berpasangan, meja miliknya justru selalu menyisakan satu kursi kosong. Ini tak adil, bukan ?.Memutuskan untuk tetap berpasangan saat raga tak saling dekat adalah hal yang luar biasa. Meski untuk menjalaninya seseorang harus siap mendengarkan banyak suara-suara miring tentang nasib pelaku LDR, tentang kisah cinta jarak jauh yang kerap berujung antiklimaks.Antiklimaks dalam hubungan jarak jauh sebenarnya kerap juga terjadi dalam kisah cinta jarak dekat pada umumnya. Hanya saja antiklimaks dalam LDR terasa lebih menyesakkan karena sering dibumbui cerita hadirnya orang ketiga. Antiklimaks dalam LDR juga terasa lebih menguras perasaan jika mengingat pengorbanan yang sudah dipersembahkan untuk mencoba mengerti dan percaya satu sama lain.Cerita cinta jarak jauh memang kerap melahirkan banyak ending yang mengundang empati. Dan suara-suara miring tentang akhir cerita sebuah LDR membuat banyak pelakunya takut menjalani. Cerita-cerita antiklimaks hubungan LDR akhirnya sering membuat pelakunya ragu untuk tetap saling mempertahankan. Buat apa menjalani cinta begini jika akhirnya juga akan sendiri ?. Untuk apa tetap berdua jika ini hanya sebuah jomblo yang tertunda ?.Semua orang tahu apa itu LDR. Tapi hanya pelakunya yang mengerti pasti rasanya menjalani kisah cinta jarak jauh. Mereka bahagia tapi kadang juga menderita. Mereka mencoba saling percaya tapi sering tak bisa mengelak dari rasa curiga. Menuntaskan rindu lewat suara di ujung telepon atau tatap muka lewat video tidak pernah bisa mengganti tatapan mata secara langsung. Pesan saling menguatkan kadang terasa hambar tanpa pelukan. Apalagi jika masalah melanda, menyelesaikannya dari sambungan telepon kadang malah memperburuk keadaan. Pada akhirnya mereka yang menjalani LDR kerap merasa hubungan mereka seperti bohong belaka. Mereka terikat janji tapi seperti tak memiliki, jadi apa bedanya dengan para single lain ?. Pikiran-pikiran itu akhirnya sering membuat para pelaku LDR merasa lelah.Bicara itu mudah, berjanji dalam hati juga tidak sulit. Tapi tak ada yang lebih tahu perasaan tersiksa dari hubungan jarak jauh kecuali mereka para pelaku LDR. Tersiksa oleh rasa curiga dan cemburu. Tersiksa oleh kekhawatiran akankah hubungan ini akan bermuara indah atau hanya akan berakhir sama seperti cerita-cerita korban LDR ?. Sebenarnya tak ada beda yang benar-benar nyata antara cinta jarak dekat dan cinta jarak jauh. Selagi ada niat menjaga hati, semua masalah bisa teratasi.Jodoh memang sudah dituliskan dalam suratan Tuhan. Tapi menyerah bukan cara yang dianjurkan Tuhan. Memutuskan untuk tetap berpasangan dalam rentangan jarak yang jauh adalah hal luar biasa yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang pilihan. Siapa bilang cinta jarak jauh hanya menghadirkan rasa jenuh ?. Justru sebaliknya, pelaku LDR adalah orang-orang yang diberikan banyak perasaan istimewa. Hanya pelaku LDR yang memahami indahnya pertemuan setelah menyimpan rindu sekian lama. Hanya pelaku LDR yang bisa menghargai pengorbanan pasangan melintas ratusan kilometer untuk bisa tiba di muka rumah, mengetuk pintu, dan mengucap “hai…”. Hanya pelaku LDR yang bisa merasakan indahnya kejutan surat di muka pintu atau berdebar-debar menanti layar skype dan chatting terbuka. Dan hanya pelaku LDR yang bisa menguji cintanya lewat ujian-ujian yang tak dialami orang lain.
Menjaga hati memang tak mudah. Apalagi ketika konflik batin dan pikiran beradu. Ketika hati ingin bertahan, tapi pikiran justru diserbu banyak godaan. Hubungan ini memang berkomitmen tapi tak pasti. Untuk apa menjaga hati jika akhirnya sendiri ?.  Rasa semacam itu kerap sekali membuat pelaku LDR tersiksa. Siksaan yang kerap menggoda para pejuang LDR untuk menyerah. Terkadang kita harus meyakinkan diri bahwa dia yang jauh disana juga setia seperti halnya kita yang menunggu di sini. ketika kita benar-banar membutuhkannya, apa boleh buat kita tidak bisa berbuat apa-apa, satu penyakit menyenangkan yang justru sering kali membuat banyak orang merasa merana, merasa sedih dan merasa tersiksa itu lah rindu . Terlebih, saat menderita rindu, kita harus menahan sakit itu sendiri. Ya, sendiri. Mungkin, kita sudah terlalu terbiasa menahan rindu dan tak bersama dengan orang yangdicintai.Meskipun sudah terbiasa, rindu itu rasanya semakin kuat saja jika kita dan dia banyak diam karena jarak dan waktu memisahkan. Rindu yang datangnya tiba-tiba, saat malam tiba sering kali membuatmu semakin merana, tersiksa, dan tak terasa bulir air mata pun jatuh membasahi pipi. Bagaimana bisa, hanya karena rindu kamu meneteskan air mata? Itulah kenyataannya.Saat rindu menghantam perasaan, sadar atau tidak, hubungan jarak jauh itu mengajarkan kita akan banyak hal. Hubungan itu juga mengajarkan kita dan pasangan untuk lebih banyak membisu dan memilih diam. Rindu yang diumbar, tidak serta merta bisa mengobati rindu itu dengan mudah. Yang ada,kita akan semakin merana dan semakin risau. Tapi, saat kita menyimpan rindu itu sendirian, sedikitnya ada hal-hal yang akan ada di pikiranmu.hal yang terbilang remeh tapi sebenarnya selalu kita rasakan, apalagi saat hari semakin malam, semakin sepi dan semakin mencekam. Iniah yang rasakan.Inilah satu pertanyaan yang akan ditanyakan berulang kali kepada diri sendiri. Di kala rindu menghantam, perasaan cemas sering kali hadir di dalamnya.Apakah si dia baik-baik saja? Kenapa belum menghubungi? Apakah ada hal buruk yang terjadi padanya? Ia sedang melakukan apa? Benarkah ia baik-baik saja? Tapi,jika memang baik, kenapa ia tak menghubungiku dan membiarkanku merasa rindu yang teramat menyiksaku ini sendiri?Dan saat rindu terasa semakin kuat,kita bahkan tak sadar jika hanya ada pertanyaan itu-itu saja dikepala juga sering kali merasa cemas jika saja orang yang kita rindukan sedang sakit. Perasaan akan semakin merana kala kala membayangkan seandainya kita yang sakit, terbaring sendiri di kamar, tak ada yang merawat.Semoga kamu baik-baik saja, aku ingin segera bertemu. kata orang LDR itu jarak tapi komunikasi harus jalan terus tapi bagaimana dengan yang hubungannya LDR tapi tanpa komunikasi ? yang komukasinya hanya sebulan sekali itupun cuma bentaran, atau nggak 2 minggu sekali ?kita yang menunggu di sini ketika kita merindukan akan kehadirannya  di samping kita, ketika kita ingin bercerita tentang kejadian yang kita alami, ketika kita ingin bertemu dia, ketika kita ingin berkomunikasi sama dia,ketika kita merindukan akan kehadirannya  di samping kita, ketika kita ingin bercerita tentang kejadian yang kita alami, ketika kita ingin bertemu dia, ketika kita ingin berkomunikasi sama dia,apa yang harus di lakukan ketika rindu melanda? calling ga bisa sms an ga bisa semuanya ga bisa, mungkin cuma bisa nyampain rindu lewat angin, cuma bisa meredakan hati yang nyesek lewat doa maka dari itu KEPERCAYAAN DAN KEYAKINAN  satu sama lain itu tidak boleh hilang. Walaupun terkadang banyak hal yang membuat kita lelah untuk menjalaninya , terkadang banyak komentar miring dari orang-orang, tapi kita harus tetap yakin untuk menjalaninya, percayalah bahwa hubungan ini akan berakhir indah.  



 .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar